Jenuh dan lelah



Hari ini saya ingin menuangkan beberapa hal yang saya rasa sudah terlalu memenuhi pikiran saya akhir-akhir ini. Lihat saja dari judul postingan ini. Bahkan tidak menarik untuk lebih lanjut dibuka. Saya tidak bisa memikirkan judul yang lebih baik untuk postingan seperti ini. karena memang hanya itu yang saya rasakan. Mungkin saya akan mengeditnya lain waktu.

Beberapa hari ini entah kenapa saya merasa jenuh sekali dengan aktifitas sehari-hari yang saya lakukan. Pergi bekerja di pagi hari, pulang ke rumah di sore hari, menyiapkan makan malam, istirahat dan tidur. Begitu selanjutnya untuk esok harinya.

Awalnya saya bahkan tidak bisa mendeskripsikan apa yang saya rasakan dan apa penyebabnya. Saya hanya merasa tidak enak dan seperti ingin menumpahkannya pada sesuatu. Saya mencoba menghubungi beberapa teman dekat saya untuk bertemu, tapi sayangnya mereka sudah ada beberapa janji dengan orang lain.

Beruntungnya adalah pekerjaan saya adalah berinteraksi dengan anak-anak sehingga seringkali saya masih bisa melupakan sejenak kepenatan saya karena tingkah pola mereka. Walaupun terkadang mengesalkan, tetapi tingkah mereka juga terkadang lucu dan menggemaskan.




Banyak hal yang tertunda saya lakukan karena perasaan ini. Beberapa paket masih belum dikirim ke reseller saya padahal ini sudah mendekati akhir bulan dan akan sangat menguntungkan kalau banyak barang yang bisa terjual sebelum karyawan gajian. Mereka mengambil barang yang saya jual dan beberapa hari kemudian (karena gajian kurang lebih tinggal seminggu lagi) mereka bisa membayarnya.

Sudah lama juga saya tidak update akun bookstagram saya. mungkin sudah sekitar dua bulanan. Saya seperti merasa bosan memotret buku yang saya punya. Bingung akan menuliskan apa tentang buku tersebut. Akhir-akhir ini saya hanya menikmati melihat-lihat timeline bookstagram saya. Memberikan likes pada beberapa postingan yang memang menarik bagi saya, atau ikut berkomentar di beberapa postingan mereka. Saya sendiri tidak tahu ingin memosting apa untuk feed terbaru akun bookstagram saya.

Saya juga merasa ingin rutin lagi menulis diary tapi bingung memulai dari mana karena pikiran saya sudah terasa terlalu penuh. Tetapi saya berusaha menuangkan sedikit demi sedikit apa yang saya rasakan dan pikirkan agar saya merasa lebih lega. Sebenarnya, ketika menulis ini pun saya takut dibilang mengeluh. Saya tahu, setiap orang memiliki masalahnya masing-masing. Ada yang tetap menyimpannya rapat-rapat tanpa diketahui orang lain, tetapi ada juga yang memang membutuhkan tempat berbagi. Bagi saya, salah satunya adalah blog ini. Bukan berarti mengabaikan orang-orang yang ada di sekeliling saya, tapi, bagi saya yang memang suka menulis, ada kenimatan tersendiri dan kelegaan yang saya dpatkan ketika saya mampu menuangkan apa yang saya rasakan. Tentu saja dengan mempertimbangkan apa saja hal-hal yang bias saya sharing di dunia maya.

Saya pernah membaca sebuah ungkapan. Intinya, Bahwa tulisan terbaik adalah semua yang kamu tuangkan tanpa memikiran akan menjadi apa akhirnya. Bias jadi benar. Sejujurnya, dalam menulis, terutama jika itu berhubungan dengan perasaan saya atau apa yang saya alami, saya cenderung terllau banyak berpikir dan berhati-hati. saya terlalu takut dinilai orang lain begini-begitu. Terlalu banyak orang di luar sana yang hanya bias menilai dan mengomentari tanpa berusaha mengenal kita terlebih dahulu. Dan orang-orang seperti itulah yang saya takuti. Karena saya sadar, saya terlalu memikirkan pendapat orang lain terhadap saya. Padahal, di lain sisi saya juga tahu bahwa kita tidak akan bias menyenangkan semua orang.

Hidup memang ada naik turunnya. Ketika saya menuangkan sesuatu yang tidak enak di sini, bukan berarti saya akan terus menerus merasa begitu. Banyak hal juga yang saya nikmati dalam hidup, tentu saja. Tapi saya rasa orang akan cenderung melihat sisi negative kita daripada sisi positif. Terutama jika pada dasarnya mereka memang tidak/kurang menyukai kita.

Ali bin Abi Thalib pernah mengatakan “Jangan menjelaskan tentang dirimu kepada siapapun. Karena yang menyukaimu tidak butuh itu, dan yang membencimu tidak percaya itu.”

Kebiasaan saya yang cenderung terlalu memikirkan pendapat orang lain tentang saya seringkali menjadi beban pikiran untuk saya sendiri. Saya ingin orang lain melihat saya baik-baik saja meskipun terkadang tidak selalu begitu. Tetapi di lain sisi, saya juga ingin orang terdekat saya memahami ketika saya sedang merasa tidak baik. Mereka berusaha mendekati dan memerhatikan apa yang terjadi pada saya. Dan ketika saya merasa nyaman dengan mereka, saya bias menuangkan perasaan saya. Tidak perlu melakukan banyak hal. Saya hanya perlu didengarkan.

No comments:

Powered by Blogger.