Menjadi Ibu Sempurna?
![]() |
Operasi Caesar VS Melahirkan normal - alodokter.com |
Menjadi ibu sepertinya membuat saya semakin bijak menilai
sesuatu terutama hal yang berhubungan dengan keibuan dan parenting. Dulu saya sering
mendengar bahwa ibu yang “sempurna” adalah ibu yang melahirkan secara normal. Kalau
melahirkan secara Caesar maka ia belum menjadi wanita sempurna karena tidak
melahirkan sesuai kodratnya. Ada lagi hal lainnya, bahwa ibu yang menyusui
dengan ASI eksklusif selama dua tahun adalah ibu yang baik karena bisa secara
total menyusui dengan sempurna bukan yang memberikan anaknya susu formula.
Kalau soal melahirkan, Alhamdulillah saya bisa melahirkan
dengan normal. Namun begitu saya juga tidak menganggap wanita yang melahirkan
melalui operasi Caesar adalah ibu yang tidak sempurna. Karena pada kenyataannya
operasi Caesar juga merupakan perjuangan untuk menjadi ibu, bahkan katanya
operasi Caesar lebih sakit dan membutuhkan masa pemulihan yang lebih lama. Lagipula,
keputusan untuk melahirkan dengan operasi tentu disebabkan beberapa faktor yang mengharuskan
dilakukannya operasi, kan? Jadi, bagaimanapun prosesnya, melahirkan adalah
sebuah perjuangan, bukan?
![]() |
ASI VS Susu formula - theasianparent.com |
Soal menyusui, anak
saya juga minum susu formula karena produksi ASI saya sempat kurang. Saya juga sempat
bertanya kepada teman saya mengenai hal ini dan jawaban yang diberikan semakin
membuat saya down. “Oh berarti nggak ASI eksklusif ya” itu membuat saya merasa bersalah
dan menjadi ibu yang gagal memberikan hal terbaik untuk anak saya, apalagi ini
adalah anak pertama. Banyak yang bilang anak laki-laki lebih kuat menyusunya. Waktu
itu memang ASI saya sedang kurang sehingga perlu tambahan sufor.
Tetapi seiring berjalannya waktu, pikiran saya semakin terbuka. Berkali-kali saya diingatkan suami juga teman yang suportif bahwa keadaan setiap anak berbeda. Bahkan ada teman suami saya yang anaknya sudah minum sufor sejak lahir karena ASI istrinya tidak keluar. Ada lagi teman saya yang produksi ASInya sedikit sehingga harus ditambah sufor untuk mencukupi kebutuhan susu anaknya. Dari situ saya semakin menyadari bahwa memang keadaan setiap anak tidak bisa disamaratakan dan keadaan setiap wanita juga berbeda.
Kenapa sesama wanita harus bersaing dengan saling
menjatuhkan dan saling menyombongkan diri sebagai ibu terbaik dibandingkan ibu
lainnya?
Saya ingin menjadi wanita yang berpikiran terbuka. Betapa indahnya jika wanita terutama yang sudah menjadi ibu bisa saling mendukung bagaimanapun keadaannya. Tidak perlu membandingkan dengan ibu lainnya.Bukankah setiap ibu adalah ibu terbaik bagi anaknya?
No comments:
Post a Comment