Sedikit cerita.
Semalam, aku tidur agak malam. Entah kenapa hati tertarik buat sedikit nasihatin adek sepupuku yang lagi dekat dengan seoarang laki-laki. Sebelumnya, beberapa bulan lalu, laki-laki ini pernah dibawa ke rumah buat main, yaaa kayak ngenalin gitu lah. Keadaannya hari itu hari jumat. Mereka datang sebelum dzuhur. Dan lanjut mainnya sampai menjelang dzuhur yang mana, yaa solat jumat, kan, buat laki-laki.
Sambil nyuguhin, mamaku bilang, “itu kalau mau solat jumat, masjidnya di belakang, deket, jalan aja tuh lurus, nanti ada belokan, belok kanan.” Dia diam aja. Sempat beberpa kali mamaku ngingetin. Responnya sama. Sudah adzan dzuhur ni anak nggak bangun juga. Aku yang merhatiin udah kedap kedip aja lampu kuningnya di kepala. Peringatan, nih. Sampai di masjid sudah selesai para laki-laki solat jumat, nggak bangun juga buat izin solat dzuhur. Masih asik aja ngerokok sambil main hp.
Yak! Itulah salah satu bentuk kelalaian.
Satu. Nggak solat jumat.
Solat jumat itu cuma sepekan sekali dan itu WAJIB buat laki-laki. Solat jumat itu di masjid. Nggak ada udzur, itu kaki harus tetap melangkah ke masjid. Masjid dekat, diingatkan udah, badan sehat. Nggak ada udzur kan? Terus itu panggilan solat jumat diabaikan gitu aja. Apa lagi namanya kalau bukan lalai? Nyepelein dengan sengaja. Nyuekin Allah.
Bukan hari jumat aja laki-laki harus solat di masjid. Lah ini, solat jumat yang cuma sepekan sekali dia abaikan.
Dua. Menyepelekan waktu solat.
Aku bilang ke sepupuku. Laki-laki itu, kemarin, solat jumat, nggak. Izin numpang solat dzuhur juga nggak.
Lalu dijawab. "Tapi dia solat kok teh pas pulang di rumah Neng. Kan abis naro oleh-oleh dulu dari teteh."
Aku tanya balik. Kenapa nggak solat jumat? Kan nggak ada udzur. Dan dilanjut dengan nasihat yang lebih panjang.
No response.
Kita memang nggak tau keadaan ibadah seseorang. Tapi kebiasaan itu akan terlihat di momen keseharian. Mungkin ada saatnya kita lupa waktu, ada keadaan mendesak, dan lain-lain. Tapi kalau sudah diingatkan, diberikan kesempatan, dan nggak ada alasan yang memberatkan, tapi masih nyantai, itu menunjukkan pengabaian. Apalagi kalau nggak keliatan menyesal.
Aku concern soal ini karena aku peduli. Aku share ini juga sebagai reminder untuk yang lainnya. Sodaraku ini adik sepupuku kandung. Ayahnya mamang aku. Dari kecil ni anak hidup susah. Kalau sampai dia dapat suami red flag, apa nggak makin susah ke depannya? Laki-laki itu imam. Imamnya aja ga datang ke masjid, makmumnya siapa yang mimpin?
In general, baik laki-laki maupun perempuan, cari pasangan itu yang baik dari awal. Jangan berharap dia akan berubah setelah menikah. Nggak semudah itu untuk berubah, nggak sesabar itu kita nungguin orang lain berubah, dan nggak perlu sok baik buat merasa kita akan mampu mengubah seseorang. Memang semua orang punya kekurangan dan kelebihan, tapi toleransi lah pada hal yang masih wajar ditoleransi.
Agama itu pondasi hidup. Dan solat adalah tiangnya. Kalau pondasinya aja nggak kuat, tiangnya aja goyah, itu rumah tangga mau seperti apa? Jangan memancing kesulitan di masa depan.
Aaaannddd.. As it is managed perfectly by Allah subhanahuwata'ala. This fajr, I recited Qur'an and perfectly hit this aayah:
To be continued.. ada hal yang masih perlu diurus pagi ini.
Wassalam..
0 komentar:
Post a Comment