Antara Menjadi Bookstagram Amatiran dan Seorang Minimalis




Kebimbangan yang aku hadapi ketika menjadi bookstagram sekaligus seorang minimalist adalah "bagaimana dengan aku yang suka mengoleksi buku? Apakah buku-bukuku yang sudah kubaca harus aku sisihkan? Apakah ke depannya aku harus membaca buku digital?" Sementara aku lebih suka buku fisik daripada ebook. Aku pernah membeli ebook bajakan ✌ waktu aku belum benar-benar masuk ke dunia bookstagram, jangan dicontoh yaa. Tolong anggap aja itu masa jahiliyahku. Hihi..

Berat awalnya. Karena aku tipe orang yang suka menyimpan sesuatu yang memiliki kenangan. Tiket nonton, struk makan bersama teman dan orang terdekat. Bahkan dulu, sampai beberapa tahun aku masih menyimpan hasil ulanganku SD dan baru aku singkirkan ketika aku lulus SMA. Mainanku zaman SD juga baru boleh dihibahkan ke orang setelah aku SMA karena semua mainan itu aku beli pakai uang jajan sendiri.

Tapi, aku akhirnya mengambil jalan tengah. Marie Kondo dalam bukunya mengatakan kita hanya menyimpan barang yang memberikan "sparks of joy". Yaotu, barang-barang yang memberikan kebahagiaan ketika kita memilikinya, memandangnya dan atau memakainya.

Jadi, aku pilah-pilih barang yang aku senangi, tetap dengan filter barang itu benar-benar aku suka dan akan sering aku pakai. Soal buku, aku pertahankan buku yang aku suka. Yang sudah aku baca dan "biasa aja" aku hibahkan, jual, giveaway dll. Soal propertinya pun begitu.

Jadi, buat yang masih bingung antara hobi mengoleksi sesuatu dan hidup minimalis, coba mulai pilah-pilih barang koleksi kalian. Dari banyaknya barang-barang itu, biasanya seiring berjalannya waktu akan ada barang yang sudah tidak terlalu kita sukai dan bisa kita sisihkan untuk meminimalisir barang.

Semangat hidup minimalis! 💕

No comments:

Powered by Blogger.