Adakah yang Dapat Mendengar Suaraku?



Kemarin, tgl 21.8.24 2.07 pm, aku melihat sebuah video tentang plstn. Kita semua pasti banyak menemukan video penderitaan mereka setiap harinya. Semuanya menyedihkan. Tapi, aku mau menceritakan video yg kutemukan kali ini.



Aku tidak bisa download video/reelsnya. Silakan klik link reels di atas.

Di video itu seorang laki laki yg berkeliling di sekitar rumah warga, dia mengatakan:

"Siapapun yg mendengarku, aku Abu Yahya, saudara kalian dari utara (gaza), adakah yg punya baju anak anak? Shollu ala Muhammad. Allah tidak akan membebani hambaNya melebihi kemampuannya. Sungguh hanya Allah yg tau sebenar2nya keadaan aku dan anak2ku. Semoga Tuhanku (Allah) membalas kebaikan kalian. Semoga Allah memudahkan urusanmu dan urusanku" (Dan doa2 puji2an lainnya).

Dia meminta sedekah baju untuk anak anaknya. Suaranya lirih, terkesan lelah. Bukan hanya fisiknya, tapi jiwanya. His soul.

Ucapan itu dia lakukan berulang kali. Entah pada akhirnya ada yg bantu dia atau tidak hari itu.

And hearing his voice calling the neighborhood breaks my heart into pieces 💔💔💔

Yg memvideokan dan posting pertama kali video itu menulis di caption;

Abu Yahya, kami mendengarmu. Kami mendengarmu dengan seluruh hati kami dan kami merasakan kesulitanmu (mengerti kesulitanmu) lebih daripada yg lain. Tapi bagaimana kami bisa memberitahumu bahwa yg mendengarmu pun sama terusirnya denganmu, dari utara sepertimu. Bagaimana kami memberitahumu bahwa kami juga keluar tanpa membawa pakaian atau apapun selain jiwa kami yg lelah.

Kami mendengarmu, Abu Yahya, tapi kami juga harus menutup telinga kami agar kami tidak sesak dengan ketidakmampuan kami (untuk membantu).

Terpujilah suaramu, Abu yahya, terpujilah orang2 yg dermawan, terpujilah semua rasa lelahmu, anak anakmu. Terpujilah aku beserta kekuranganku. Tetapi demi Allah, aku mendengarmu dan tidak ada yg bisa mendengarmu (juga) selain Allah

Coba kalian lihat videonya dan dengar suaranya. Dengan hati. Demi Allah. Terasa menyesakkan 💔

Sementara keadaannya kemarin, ketika aku lihat video itu, aku sedang menyetrika pakaian. Sudah mau selesai. Bajuku, baju suami dan baju anakku, semua sudah tertumpuk rapi. Berbanding terbalik dengan apa yg kulihat di video, di mana seorang ayah sedang meminta sumbangan baju untuk anak2nya dengan memanggil warga sekitar dengan suara yg lirih.

Sementara di laci baju belakangku pun ada tumpukan baju2 anakku yg sudah tidak muat yg masih aku pertimbangkan akan dihibahkan ke siapa atau dikemanakan.

Sehari-hari anakku bisa memilih baju apa yang mau ia kenakan. Sementara anak-anak Abu Yahya ini, dan banyak anak-anak plstn lainnya, jangankan untuk memilih baju, baju yang akan dipilihnya pun tak ada.

Aku benar benar menangis. Anakku tanya "Bunda kenapa?" Aku gabisa jawab sambil masih menangis.

Nggak lama setelahnya, anakku meminta makan.

Sambil menyiapkan makanan dia, tangisku semakin menjadi. Anakku bisa makan apa saja yg dia mau. Dan Alhamdulillah aku bisa menyediakannya.

Akhir2 ini dia lagi suka tahu, aku belikan. Dia minta sayurnya brokoli, aku buatkan. Dia request pisang bakar untuk bekal, aku sediakan. Bahkan dia minta es krim, aku bikinkan. Aku bisa kasih yg dia mau selama itu baik buat dia. Dia ga kekurangan apapun.



Sementara di sisi lain, setiap hari aku menemukan berita menyedihkan seperti ini. Anak2, dewasa, lansia. Semua menderita. Dan aku ga bisa apa apa. Hanya bisa berdoa.

Dari umpatan, laknat, sumpah serapah, kata kasar, sepertinya semua sudah banyak diucapkan untuk kaum kera itu. Tapi bahkan kata terburuk pun sepertinya tidak cukup menggambarkan betapa b*ngsatnya mereka. Hanya Allah yang bisa membalas seadil-adilnya kebiadaban mereka.

"Adakah yang dapat mendengar suaraku?"

Kalimat itu bukan hanya dari Abu Yahya. Tapi dari seluruh rakyat Palestina.
Juga dari kita, suara rakyat di Indonesia tercinta.

Ø­َسْبُÙ†َا اللهُ ÙˆَÙ†ِعْÙ…َ الْÙˆَÙƒِÙŠْÙ„ُ Ù†ِعْÙ…َ الْÙ…َÙˆْÙ„َÙ‰ ÙˆَÙ†ِعْÙ…َ النَّصِÙŠْرُ



No comments:

Powered by Blogger.