Peta Perjalanan Hidup


Terkadang, nggak habis pikir sama orang, yg kalau dikasih saran atas permasalahan hidup, dinasihatin ini itu dengan agama dan dalil, dijawabnya, "alah gausah bawa-bawa agama lah"


Kocag.


Kita hidup di dunia ada yg menciptakan. Yang menciptakan kita, punya aturan agama sebagai aturan hidup makhluknya. Kalau apa-apa nggak mau dikaitkan dengan agama lalu kita mau hidup pakai aturan siapa?


Ibaratnya, seorang manusia berakal itu lahir ke dunia sudah sepaket dengan kontrak hidupnya. Ada aturan yang harus ditaati, ada larangan yang harus dijauhi. Itu yang menjaga kita untuk bisa tetap hidup dengan baik. Di dunia dan kelak di akhirat.



Kita lahir ke dunia ini ibarat sedang berpetualang. Rumah kita bukan di sini. Tapi di surga. Insyaa Allah. Ini hanya sebuah perjalanan. Agama beserta perangkatnya, yaitu Al-Quran dan hadist adalah peta perjalanan kita selama berpetualang ini. Kalau mau dijabarkan, peta kehidupan ini mungkin akan terlihat luas dan kompleks. Tapi peta inilah satu2nya petunjuk jalan yang diberikan Allah agar kita bisa kembali pulang. Ini bekal kita untuk kembali ke surga kalau kita bisa membaca dan mengikuti arah jalan yang ditunjukkan peta ini. Kalau kita gagal membaca peta, ya kita akan tersesat.


Selama perjalanan kita akan menemukan tantangan dan cobaan. Butuh keahlian, kesabaran, kepintaran dan skill lainnya untuk tetap berada di jalur yang aman. Bahayanya, kalau kita tersesat dan terus tersesat, kita tidak akan bisa pulang. Malah, akan mengarah kepada tujuan yang salah. Neraka. Dan itu adalah tujuan akhir bagi orang yang tersesat. Selamanya.



Jadi, bersyukurlah kalau hidup kita selalu berpedoman pada agama. Karena memang itu petunjuk jalan pulang kita. Kalau ada yang mengingatkan, bersyukurlah, berarti kita tidak sendirian menjalani petualangan ini. Kita punya teman perjalanan yang bisa membantu kita membaca peta kehidupan. Saling tolong menolong untuk sama sama menuju tempat yang sama. Jangan justru merasa risih, tersinggung dan terganggu. Mereka bisa jadi dikirim Allah untuk mengingatkan kita 


Menjalani kehidupan yang berat ini terkadang kita pun butuh sandaran. Ada masanya kita lelah, ada saatnya kita butuh teman berbagi dan bicara. Kalau ada yang menemanimu, maka itu adalah bentuk rezeki yg patut disyukuri.


Pernah membaca ilustrasi surga kelak? Di surga ada banyak taman dan sungai yang indah, rumah-rumah mewah, orang-orang saleh/salihah akan saling bertetangga. Mereka menikmati segala macam kenikmatan terbaik yang bisa ditawarkan Allah. Yang mungkin belum pernah terbayangkan oleh logika manusia bahwa akan ada kenikmatan seperti itu. Dan kalau kita bisa melakukan perjalanan dan petualangan di dunia ini dengan baik maka itulah tempat/tujuan akhir kita sebenarnya. Tempat kita kembali pulang.


Perjalanan ini akan sulit, tapi akan sangat sepadan dengan apa yang akan kita dapatkan. Tempat kita bergantung hanya Allah. Mungkin, secara wujud fisik kita belum bisa melihat Allah secara langsung. Bukan karena Ia tidak ada, tetapi karena ruh kita belum mampu menerima cahayaNya di dunia. Tapi meski begitupun, sebenarnya kita bisa merasakan kehadiranNya. Jika saja hati ini cukup lembut untuk merasakan sentuhanNya. Bahkan sebenarnya, Allah memang selalu ada, namun hati kita yang terlanjur tuli dan buta untuk menyadariNya.


Kelak, ketika kita sampai di rumah, barulah kita bisa kembali melihatNya.


Sesekali mungkin kita akan jatuh, tersesat, dan kehilangan arah. Maka mintalah pertolonganNya supaya kita bisa kembali ke jalan yang benar. Baca lagi peta petunjuk kita dengan saksama agar kita bisa kembali menemukan arahnya.


19.9.24 3.50 am

No comments:

Powered by Blogger.