Terbuai dalam Lalai






Salat wajib sering ditinggal, bolong-bolong, Al Quran jangankan dibaca, disentuh saja nggak pernah, punya Quran sendiri apa nggak juga gatau, dzikir ga keingetan, apalah itu salat malam? Tidur, laaahh. Puasa ga kuat, enakan makan sekenyang2nya.

Lalu merasa hidup biasa2 aja. Padahal itu adalah hukuman yg paling berat. Kamu lalai, maka hukuman yg berat adalah kamu semakin dilalaikan oleh Allah. Semakin jauh dari Allah. Tinggal di akhirat nanti kamu dihisab, ditanya, untuk apa waktumu dihabiskan? Kenapa tidak pernah menghadap Allah? Atas apa yg sudah Allah kasih mana rasa syukurmu? Mana rasa tau dirimu?

Segala kesulitan dan musibah yg terjadi, kerjaan yg sempit, pendapatan/gaji yg sedikit, kesialan yg sering berdatangan, belum cukupkah untuk mengingatkan akan dosa yang masih sering dilakukan dan berbagai bentuk kelalaian?

Mau sampai kapan diri akan terjebak dalam kubangan kemaksiatan?

Maksiat bukan selalu berbentuk tindakan kriminal. Mungkin kamu tidak mencuri, tidak mabuk2an, tidak membunuh, tapi kamu sering lalai dalam ibadahmu. Maka itu adalah bentuk maksiatmu kepada Allah.

Jangankan mendoakan untuk orang lain, untuk orang tuamu, keluargamu. Berdoa untuk dirimu saja kamu sering lupa. Lalu siapa yang kamu harapkan akan menyelamatkanmu selain amalanmu sendiri?

Tidak khawatirkah kamu akan alam kubur yg gelap gulita karena tak pernah kamu terangi dengan cahaya Quran? Padahal ketika di dunia mati lampu saja kau sibuk mencari penerangan.

20.9.24 7.05 pm



Hukuman bukan hanya bagi yang meninggalkan Salat. Tapi LALAI. Bentuk kelalaian seperti menunda2 salat, salat di akhir waktu, menyepelekan salat, salat tidak khusyuk, salat terburu-buru. Hal-hal seperti itu saja sudah bisa membuatmu disiksa sajaul aqra, apalagi meninggalkan salat. Meskipun cuma 1 waktu.

Tidak ada toleransi untuk meninggalkan salat. Toleransi itu dalam cara melaksanakannya, bukan dibiarkan meninggalkan. Orang sakit parah saja masih diwajibkan salat dengan isyarat selagi ruh masih dalam badan. Orang yg terlewat waktu salat wajib qada.

Kalau sepanjang hidup sering meninggalkan salat, misal sehari 1 waktu, saja, selama puluhan tahun hidup di dunia, berapa ribu tahun waktu akhirat kita akan disiksa? Ingat bahwa hitungan waktu dunia dan akhirat jauh berbeda.

Dulu kukira istidraj hanya istilah bagi orang yang lalai ibadahnya tapi tetap diberi kenikmatan dunia. Tetapi ternyata, orang yang susah di dunia pun bisa dikenai istidraj.

"𝙸𝚜𝚝𝚒𝚍𝚛𝚊𝚓 𝚙𝚊𝚕𝚒𝚗𝚐 𝚋𝚞𝚛𝚞𝚔 𝚊𝚍𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚒𝚜𝚔𝚒𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚜𝚊𝚕𝚊𝚝, 𝚐𝚊𝚐𝚊𝚕 𝚍𝚒 𝚍𝚞𝚗𝚒𝚊, 𝚐𝚊𝚐𝚊𝚕 𝚙𝚞𝚕𝚊 𝚍𝚒 𝚊𝚔𝚑𝚒𝚛𝚊𝚝"

Bagi orang kaya, istidraj diartikan ia diberi kenikmatan harta, jabatan, meskipun melalaikan salat bahkan meninggalkan salat. Itu hukuman berat dari Allah kepada manusia, baru di dunia. Allah palingkan orang tersebut dariNya dan dibiarkan terlena dengan kenikmatan dunia. Tetapi hukuman akhirat masih menanti.

Sementara orang miskin, sudahlah susah di dunia, masih berani meninggalkan salat. Dikasih hidup pun sudah sebuah kenikmatan. Di mana letak syukurnya? Rugi serugi-ruginya. Susah di dunia tapi masih menabung kesusahan di akhirat.

Taat itu berat. Tetapi menanggung siksaan akhirat jauh lebih berat.


Sajaul aqra baru berupa siksa kibur. Sementara di akhirat kelak Neraka Saqar dipersiapkan untuk manusia yang meninggalkan salat.


Naudzubillahimindzaalik. Semoga yang masih melalaikan salat disadarkan dan segera bertaubat. Semoga yang sudah istiqamah menjalankan bisa semakin baik ibadahnya dengan menyempurnakan ibadah sunnah. Aamiin yaa robbal 'alamiin..

No comments:

Powered by Blogger.