[Book Review] Convenience Store Woman - Gadis Minimarket by Sayaka Murata


Judul buku: Convenience Store Woman - Gadis Minimarket
Penulis: Sayaka Murata
Penerjemah: Ninuk Sulistyowati
Penyunting: Karina Anjani
Desain Sampul: Orkha
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan 3, Februari 2021
ISBN: 978-602-064-439-4
Tebal buku: 159 halaman
Diterjemahkan dari Konbini Ningen © 2016


𝐃𝐮𝐧𝐢𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐮𝐧𝐭𝐮𝐭 𝐊𝐞𝐢𝐤𝐨 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐦𝐞𝐧𝐣𝐚𝐝𝐢 𝐧𝐨𝐫𝐦𝐚𝐥, 𝐰𝐚𝐥𝐚𝐮 𝐢𝐚 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐭𝐚𝐡𝐮 "𝐧𝐨𝐫𝐦𝐚𝐥" 𝐢𝐭𝐮 𝐬𝐞𝐩𝐞𝐫𝐭𝐢 𝐚𝐩𝐚. 𝐍𝐚𝐦𝐮𝐧 𝐝𝐢 𝐦𝐢𝐧𝐢𝐦𝐚𝐫𝐤𝐞𝐭, 𝐊𝐞𝐢𝐤𝐨 𝐝𝐢𝐥𝐚𝐡𝐢𝐫𝐤𝐚𝐧 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐢𝐝𝐞𝐧𝐭𝐢𝐭𝐚𝐬 𝐛𝐚𝐫𝐮 𝐬𝐞𝐛𝐚𝐠𝐚𝐢 "𝐩𝐞𝐠𝐚𝐰𝐚𝐢 𝐦𝐢𝐧𝐢𝐦𝐚𝐫𝐤𝐞𝐭". 𝐊𝐢𝐧𝐢 𝐊𝐞𝐢𝐤𝐨 𝐭𝐞𝐫𝐚𝐧𝐜𝐚𝐦 𝐝𝐢𝐩𝐢𝐬𝐚𝐡𝐤𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐝𝐮𝐧𝐢𝐚 𝐦𝐢𝐧𝐢𝐦𝐚𝐫𝐤𝐞𝐭 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐜𝐢𝐧𝐭𝐚𝐢𝐧𝐲𝐚 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐦𝐚 𝐢𝐧𝐢...


Keiko begitu merasa dekat dengan minimarket hingga rasanya sudah mendarahdaging. Ia bekerja di minimarket dekat stasiun sejak toko itu pertama kali dibuka 18 tahun yang lalu. Sejak saat itu, ia merasa minimarket adalah hidupnya.


"𝘈𝘬𝘶 𝘮𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘫𝘢𝘮; 𝘸𝘢𝘬𝘵𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘯𝘫𝘶𝘬𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘶𝘬𝘶𝘭 09.30. 𝘚𝘦𝘣𝘦𝘯𝘵𝘢𝘳 𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘫𝘢𝘮 𝘴𝘪𝘣𝘶𝘬 𝘱𝘢𝘨𝘪 𝘶𝘴𝘢𝘪, 𝘥𝘢𝘯 𝘢𝘬𝘶 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘴𝘦𝘨𝘦𝘳𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘳𝘦𝘴𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘵𝘰𝘬 𝘣𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘢𝘮𝘣𝘶𝘵 𝘫𝘢𝘮 𝘴𝘪𝘣𝘶𝘬 𝘴𝘪𝘢𝘯𝘨. 𝘈𝘬𝘶 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘨𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶𝘯𝘨, 𝘬𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘪 𝘬𝘦 𝘣𝘢𝘨𝘪𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘯𝘫𝘶𝘢𝘭𝘢𝘯, 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘭𝘦𝘴𝘢𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘵𝘢 𝘰𝘯𝘪𝘨𝘪𝘳𝘪" hlm 9


Setiap harinya ia bisa merasakan semua hal yang terjadi di minimarket. Suara derap langkah , makna ekspresi wajah hingga arti nada bicara pelanggan. Ia hafal jam sibuk, ramai dan sepi juga saat yang tepat untuk promosi. Ia begitu lihai menata rak, mana barang yang paling laku dan harus ditaruh di depan. Ia hafal kapan harus merapikan dan mengisi ulang barang yang sudah terjual. Ia merasa begitu normal berada di minimarket.




Tetapi tidak bagi orang-orang di sekitarnya. Keiko seorang wanita dewasa berusia 36 tahun, bekerja paruh waktu di minimarket dan belum menikah. Ia tidak normal. Begitu katanya.


Menurut masyarakat wanita dengan usia tersebut seharusnya sudah memiliki pekerjaan tetap, berkeluarga dan punya anak, tetapi Keiko bahkan tidak pernah mempertimbangkannya. Ia sudah begitu nyaman dengan kehidupannya sebagai gadis minimarket.


Hal yang disayangkan adalah Keiko tidak memiliki ambisi atau bahkan sekedar keinginan untuk memperbaiki kehidupannya. Bayangkan saja, ia hanya menjadi pekerja paruh waktu selama 18th tersebut padahal jika dilihat dari keahliannya ia bisa saja menjadi manajer. Pantas saja keluarga & orang terdekatnya khawatir ia tak memiliki masa depan. Aku juga heran kenapa dengan kinerja sebaik itu tidak ada atasan yang berusaha mempromosikan Keiko.




Membaca Kisah Keiko membuatku seperti benar-benar masuk ke minimarket dan dilayani pegawainya. Penulis begitu lihai menjabarkan keadaan dan SOP minimarket terhadap pelanggan; cara berbicara, tersenyum, menjawab pertanyaan dan merespon ungkapan pelanggan begitu detil dijabarkan. Bagaimana menawarkan barang yang mungkin akan menjadi tambahan pembelian di kasir atau menanyakan cara pembayaran yang diinginkan pelanggan.


Buku ini terbilang tipis, ceritanya padat, alurnya cepat, tidak bertele-tele. Aku suka jalan ceritanya. Yang kusuka juga bagaimana keluarganya tetap mendukungnya walaupun dengan keabnormalan Keiko. Orang tuanya menyarankan Keiko ikut sesi konseling, adiknya membantu mencari alasan yang logis agar Keiko tidak dianggap aneh diantara teman-temannya, semata-mata agar Keiko dapat lebih diterima di masyarakat.


Keiko sempat goyah untuk berusaha terlihat normal di masyarakat, berpura-pura menjalin hubungan dengan orang yang sama sekali tak disukainya, juga harus menyembunyikan banyak pemikiran pribadinya,  namun apakah Keiko akan terus menerus seperti itu atau melanjutkan hidup sebagai gadis minimarket?


Rating Goodreads: 3.72/5⭐
Rating Pribadi: 3.5/5⭐

1 comment:

Sintia Astarina said...

Aku penasaran banget sama buku ini, apalagi penulisnya diundang ke Patjarmerah beberapa waktu lalu. Terima kasih banyak ulasannya, ya! :

Powered by Blogger.