Bulan Ramadan, jangan disiakan.


Assalamu'alaikum teman-teman semua. Bagaimana ibadahnya di Ramadan ini? Semoga selalu semangat dan lancar, yaa.. Mumpung masih awal Ramadan, nih, baru hari ke 4 kan ya. Hanya mau berbagi sedikit pemikiran yang terlintas beberapa hari belakangan ini 🙏


Kita semua tau bulan Ramadan itu bulan yang mulia, bulan yang spesial. Pahala dilipatgandakan, setan dan iblis diikat. Ini waktunya kita mencari pahala sebanyak-banyaknya. Tapi sayangnya mungkin masih banyak dari kita yang lalai dan menyia-nyiakan berkah sebanyak ini.


Di bulan Ramadan, Allah benar-benar membantu kita untuk meraih pahala sebanyak-banyaknya. Gimana nggak, Allah udah menjanjikan pahala yang berlipat dari amal yang kita lakukan, Allah ikat dan kurung setan agar tidak menggoda manusia, Allah berikan jadwal-jadwal yang jika kita ikuti akan memudahkan kita menjalankan ibadah-ibadah dan meraih pahala yang banyak. Kalau setan saja sudah diikat, apalagi alasan kita untuk meninggalkan ibadah? Selain, karena kemalasan diri kita sendiri. Hayoo, sudah nggak ada yang bisa dikambinghitamkan lagi, kan?


Contoh jadwal kegiatan yang kita lakukan selama bulan Ramadan, misalnya, sahur. Jam berapa kita biasa sahur? Sekitar jam 3-4. Atau ada yang bangun lebih awal dari itu untuk menyiapkan sahur. Ingat waktu apa itu? Itu masih masuk waktu sepertiga malam. Ya, sudah ingat? Itu waktu tahajjud. Sudahkah kita menyempatkan tahajjud di waktu sahur? Seringkali kita lebih ingat untuk makan, untuk menyiapkan cadangan energi beraktifitas di siang hari, supaya ga lemas, supaya ga lapar, supaya ga KO. Benar, sahur sendiri sudah merupakan sumber keberkahan, tetapi tidak inginkah kita memperbanyak berkah itu dengan menambahnya dengan tahajjud? Di hari biasa mungkin kita terasa sulit untuk bangun tahajjud, nah, inilah kesempatan kita untuk merutinkan ibadah tersebut. Tapi sayangnya, sadar nggak, di waktu Ramadan ini kita merasa lebih ada urgensi untuk bangun dan makan sahur karena takut akan kelaparan, kan? 𝐏𝐚𝐝𝐚𝐡𝐚𝐥 𝐚𝐩𝐚 𝐬𝐚𝐥𝐚𝐡𝐧𝐲𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐲𝐞𝐦𝐩𝐚𝐭𝐤𝐚𝐧 𝐛𝐞𝐛𝐞𝐫𝐚𝐩𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐢𝐭 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐭𝐚𝐡𝐚𝐣𝐣𝐮𝐝 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐡𝐚𝐧𝐲𝐚 (𝐦𝐢𝐧𝐢𝐦𝐚𝐥) 𝟐 𝐫𝐚𝐤𝐚𝐚𝐭 𝐢𝐭𝐮?





Ada anjuran untuk mengakhirkan sahur, tapi bukan berarti bangunnya juga diakhirkan. 𝐊𝐢𝐭𝐚 𝐭𝐞𝐭𝐚𝐩 𝐛𝐢𝐬𝐚 𝐛𝐚𝐧𝐠𝐮𝐧 𝐥𝐞𝐛𝐢𝐡 𝐚𝐰𝐚𝐥 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐦𝐞𝐧𝐲𝐞𝐦𝐩𝐚𝐭𝐤𝐚𝐧 𝐭𝐚𝐡𝐚𝐣𝐣𝐮𝐝 𝐚𝐭𝐚𝐮 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚 𝐀𝐥-𝐐𝐮𝐫'𝐚𝐧.


Dalam melaksanakan sahur pun, jangan sampai berlebihan. 𝐌𝐚𝐤𝐚𝐧𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐞𝐜𝐮𝐤𝐮𝐩𝐧𝐲𝐚 𝐛𝐮𝐤𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐤𝐞𝐧𝐲𝐚𝐧𝐠-𝐤𝐞𝐧𝐲𝐚𝐧𝐠𝐧𝐲𝐚. Manusia itu bukan unta. Kita nggak bisa menyimpan cadangan makanan di satu waktu untuk digunakan sedikit-demi sedikit untuk waktu lainnya. Sebanyak apapun kita makan di waktu sahur, siang hari kita akan tetap merasa lapar. Karena pencernaan kita sudah ada ketentuan lamanya memroses makanan. 𝐊𝐚𝐥𝐚𝐮 𝐢𝐧𝐠𝐢𝐧 𝐤𝐞𝐧𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐥𝐞𝐛𝐢𝐡 𝐥𝐚𝐦𝐚 𝐩𝐢𝐥𝐢𝐡 𝐦𝐚𝐤𝐚𝐧𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐩𝐫𝐨𝐬𝐞𝐬 𝐥𝐚𝐦𝐛𝐮𝐧𝐠 𝐥𝐞𝐛𝐢𝐡 𝐥𝐚𝐦𝐚, 𝐛𝐮𝐤𝐚𝐧 𝐣𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐦𝐚𝐤𝐚𝐧𝐚𝐧𝐧𝐲𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐩𝐞𝐫𝐛𝐚𝐧𝐲𝐚𝐤. Yang ada, makan terlalu banyak justru membuat organ pencernaan kita harus bekerja lebih keras dan kita justru akan mengantuk dan malas beraktifitas. Coba ingat-ingat, di hari biasa saja seberapa sering kita mengantuk setelah makan dan pinginnya rebahan? Justru mungkin setiap setelah makan kita merasa ngantuk.


Di waktu sahur kita mengabaikan tahajjud, setelah sahur kita berjalan memasuki waktu subuh. Banyak juga yang habis sahur justru tidur lagi, sama dengan alasan tidur setelah subuh di hari biasa, "𝘵𝘢𝘬𝘶𝘵 𝘯𝘨𝘢𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘴𝘪𝘢𝘯𝘨𝘯𝘺𝘢, 𝘵𝘢𝘬𝘶𝘵 𝘯𝘨𝘢𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘱𝘢𝘴 𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘬𝘦𝘳𝘫𝘢". 𝐀𝐤𝐡𝐢𝐫𝐧𝐲𝐚, 𝐬𝐮𝐝𝐚𝐡 𝐛𝐚𝐧𝐠𝐮𝐧 𝐬𝐚𝐡𝐮𝐫 𝐩𝐮𝐧, 𝐒𝐮𝐛𝐮𝐡𝐧𝐲𝐚 𝐤𝐞𝐥𝐞𝐰𝐚𝐭 atau kesiangan 𝐤𝐚𝐫𝐞𝐧𝐚 𝐭𝐢𝐝𝐮𝐫 𝐥𝐚𝐠𝐢.


𝐃𝐚𝐫𝐢𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐭𝐢𝐝𝐮𝐫 𝐬𝐞𝐭𝐞𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐚𝐡𝐮𝐫 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐛𝐢𝐬𝐚 𝐦𝐞𝐦𝐚𝐧𝐟𝐚𝐚𝐭𝐤𝐚𝐧 𝐰𝐚𝐤𝐭𝐮 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐚𝐣𝐢 𝐬𝐚𝐦𝐛𝐢𝐥 𝐦𝐞𝐧𝐮𝐧𝐠𝐠𝐮 𝐰𝐚𝐤𝐭𝐮 𝐒𝐮𝐛𝐮𝐡. Atau, kalau mau nonton tv, atau yutuban, cobalah cari acara-acara yang bermanfaat. Acara ceramah, sejarah Islam, Jazirah Nabi, dll. Jangan buang-buang waktu dengan acara yang nggak berfaedah. 𝐒𝐞𝐭𝐞𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐚𝐡𝐮𝐫 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐣𝐮𝐠𝐚 𝐛𝐢𝐬𝐚 𝐛𝐞𝐫𝐬𝐢𝐚𝐩 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐬𝐡𝐨𝐥𝐚𝐭 𝐒𝐮𝐛𝐮𝐡 𝐛𝐞𝐫𝐣𝐚𝐦𝐚𝐚𝐡 𝐤𝐞 𝐦𝐚𝐬𝐣𝐢𝐝 𝐭𝐞𝐫𝐝𝐞𝐤𝐚𝐭. 𝐑𝐚𝐦𝐚𝐝𝐚𝐧 𝐢𝐧𝐢 𝐤𝐞𝐬𝐞𝐦𝐩𝐚𝐭𝐚𝐧 𝐛𝐞𝐬𝐚𝐫 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐛𝐢𝐬𝐚 𝐥𝐞𝐛𝐢𝐡 𝐫𝐚𝐣𝐢𝐧 𝐬𝐡𝐨𝐥𝐚𝐭 𝐒𝐮𝐛𝐮𝐡 𝐝𝐢 𝐦𝐚𝐬𝐣𝐢𝐝. 𝐇𝐚𝐫𝐢 𝐛𝐢𝐚𝐬𝐚, 𝐚𝐝𝐚 𝐚𝐣𝐚 𝐚𝐥𝐚𝐬𝐚𝐧𝐧𝐲𝐚, 𝐤𝐚𝐧?



Kalau setelah sahur kita tidak tidur lagi, ada keuntungan kita Subuh di awal waktu. 𝐌𝐚𝐧𝐟𝐚𝐚𝐭𝐤𝐚𝐧 𝐣𝐮𝐠𝐚 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐬𝐡𝐨𝐥𝐚𝐭 𝐐𝐨𝐛𝐥𝐢𝐲𝐚𝐡 𝐒𝐮𝐛𝐮𝐡. Tau ganjarannya? Qobliyah Subuh itu sholatnya orang kaya. Kaya yang paling kaya. Sultan aja kalah. 𝐆𝐚𝐧𝐣𝐚𝐫𝐚𝐧 𝐛𝐚𝐠𝐢 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐥𝐚𝐤𝐬𝐚𝐧𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐐𝐨𝐛𝐥𝐢𝐲𝐚𝐡 𝐒𝐮𝐛𝐮𝐡 𝟐 𝐫𝐚𝐤𝐚𝐚𝐭 𝐧𝐢𝐥𝐚𝐢𝐧𝐲𝐚 𝐥𝐞𝐛𝐢𝐡 𝐛𝐚𝐢𝐤 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐝𝐮𝐧𝐢𝐚 𝐝𝐚𝐧 𝐢𝐬𝐢𝐧𝐲𝐚. 𝐀𝐩𝐚𝐥𝐚𝐠𝐢 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐥𝐞𝐛𝐢𝐡 𝐛𝐚𝐢𝐤 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐢𝐭𝐮?


Setelah seharian beraktifitas, kita masuk waktu berbuka. Menjelang waktu berbuka, kita disibukkan dengan aktifitas "ngabuburit". Malah sampai ada yang ngerasa nggak afdol puasa kalau belum ngabuburit, Astagfirullahal'adzim. Padahal Allah sudah menyebutkan waktu menjelang berbuka itu waktu yang mustajab untuk berdo'a. Pintu langit sedang dibuka maka itulah waktu yang tepat untuk berdo'a. Tapi kebanyakan dari kita justru menyia-nyiakan waktu tersebut dengan aktifitas yang kurang bermanfaat seperti ngabuburit.


Menjelang waktu buka yang dipikirkan hanya makan. Ingat, selama bulan Ramadan kita bukannya tidak makan, kita hanya menggeser jam makan kita.


𝐃𝐚𝐟𝐭𝐚𝐫 𝐛𝐮𝐤𝐚 𝐛𝐞𝐫𝐬𝐚𝐦𝐚 𝐝𝐢 𝐦𝐚𝐧𝐚-𝐦𝐚𝐧𝐚. 𝐓𝐚𝐫𝐚𝐰𝐢𝐡 𝐭𝐞𝐫𝐚𝐛𝐚𝐢𝐤𝐚𝐧. Padahal Tarawih itu khasnya Ramadan. Tapi soal Tarawih ini seringkali dijawab dengan alasan klise menyangkut ibadah sunnah, "𝘛𝘢𝘳𝘢𝘸𝘪𝘩 𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘶𝘯𝘯𝘢𝘩". Hhmmm.. Jawaban yang menunjukkan kurang pahamnya nilai ibadah sunnah. Banyak orang yang mengaku rindu Ramadan, tapi yang dirindukan justru bukan ibadahnya, tapi lebih ke ngabuburitnya, lah, bukbernya lah. Sayang sekali, kan? Buka bersama, boleh, tapi usahakan ibadah lainnya jangan ditinggalkan.


Terlihat, kan betapa Allah memudahkan kita meraih pahala sebanyak-banyaknya di bulan Ramadan? Tapi sekali lagi, seringkali kita yang abai dan lalai. Di hari biasa kita alasan ngantuk mau tahajjud, di bulan Ramadan sudah bangun sahur tetap tidak tahajjud juga, alasannya apa selain malas? Berapa menit, sih, waktu yang kita butuhkan untuk sholat (minimal) 2 rakaat?

𝐌𝐢𝐬𝐚𝐥𝐤𝐚𝐧 𝐛𝐚𝐧𝐠𝐮𝐧 𝐬𝐚𝐡𝐮𝐫 𝐚𝐤𝐡𝐢𝐫, 𝐬𝐞𝐭𝐞𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐚𝐡𝐮𝐫 𝐭𝐢𝐝𝐮𝐫 𝐥𝐚𝐠𝐢, 𝐬𝐡𝐨𝐥𝐚𝐭 𝐒𝐮𝐛𝐮𝐡 𝐝𝐢 𝐚𝐤𝐡𝐢𝐫 𝐰𝐚𝐤𝐭𝐮, 𝐐𝐚𝐛𝐥𝐢𝐲𝐚𝐡 𝐒𝐮𝐛𝐮𝐡𝐧𝐲𝐚 𝐣𝐮𝐠𝐚 𝐥𝐞𝐰𝐚𝐭 𝐤𝐚𝐫𝐞𝐧𝐚 𝐒𝐡𝐨𝐥𝐚𝐭 𝐒𝐮𝐛𝐮𝐡𝐧𝐲𝐚 𝐚𝐣𝐚 𝐬𝐮𝐝𝐚𝐡 𝐤𝐞𝐬𝐢𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐤𝐚𝐫𝐞𝐧𝐚 𝐡𝐚𝐛𝐢𝐬 𝐬𝐚𝐡𝐮𝐫 𝐭𝐢𝐝𝐮𝐫 𝐥𝐚𝐠𝐢. 𝐌𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚 𝐀𝐥-𝐐𝐮𝐫'𝐚𝐧 𝐭𝐞𝐭𝐚𝐩 𝐬𝐚𝐣𝐚 𝐥𝐞𝐰𝐚𝐭. 𝐓𝐞𝐫𝐮𝐬 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐝𝐚𝐩𝐚𝐭𝐤𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐦𝐚 𝐑𝐚𝐦𝐚𝐝𝐚𝐧 𝐢𝐭𝐮 𝐚𝐩𝐚? 𝐇𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐩𝐚𝐡𝐚𝐥𝐚 𝐩𝐮𝐚𝐬𝐚. 𝐈𝐭𝐮𝐩𝐮𝐧 𝐤𝐚𝐥𝐚𝐮 𝐩𝐮𝐚𝐬𝐚 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐝𝐢𝐭𝐞𝐫𝐢𝐦𝐚, 𝐥𝐞𝐛𝐢𝐡 𝐩𝐚𝐫𝐚𝐡𝐧𝐲𝐚 𝐥𝐚𝐠𝐢 𝐥𝐚𝐥𝐚𝐮 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐦𝐞𝐧𝐝𝐚𝐩𝐚𝐭𝐤𝐚𝐧 𝐚𝐩𝐚-𝐚𝐩𝐚 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐢𝐧 𝐡𝐚𝐮𝐬 𝐝𝐚𝐧 𝐥𝐚𝐩𝐚𝐫. 𝐁𝐞𝐧𝐚𝐫-𝐛𝐞𝐧𝐚𝐫 𝐦𝐞𝐫𝐮𝐠𝐢.


𝐀𝐥𝐥𝐚𝐡 𝐢𝐭𝐮 𝐌𝐚𝐡𝐚 𝐁𝐚𝐢𝐤, 𝐌𝐚𝐡𝐚 𝐏𝐞𝐧𝐲𝐚𝐲𝐚𝐧𝐠, 𝐌𝐚𝐡𝐚 𝐏𝐞𝐧𝐠𝐚𝐬𝐢𝐡. 𝐈𝐚 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐩𝐞𝐥𝐢𝐭 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐞𝐫𝐢𝐤𝐚𝐧 𝐩𝐚𝐡𝐚𝐥𝐚 𝐛𝐚𝐠𝐢 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐞𝐫𝐮𝐬𝐚𝐡𝐚 𝐦𝐞𝐫𝐚𝐢𝐡𝐧𝐲𝐚. Istilahnya, ya, di bulan Ramadan ini Allah itu sedang menyebar pahala, tinggal kita, makhlukNya, mau nggak berusaha meraihnya sebanyak-banyaknya. Pahala yang Allah janjikan nggak akan habis meski banyak yang memerebutkannya. 𝐓𝐚𝐩𝐢 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐣𝐮𝐬𝐭𝐫𝐮 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐬𝐮𝐤𝐚𝐫𝐞𝐥𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐚𝐛𝐚𝐢𝐤𝐚𝐧𝐧𝐲𝐚. Tapi sudah begitu pun Allah masih sangat sayang sama kita. Kita masih diberi kesehatan, rezeki pekerjaan, harta, dan lain-lain. 

Pernah nggak baca, kalau 𝐀𝐥𝐥𝐚𝐡, 𝐬𝐞𝐭𝐢𝐚𝐩 𝐦𝐚𝐥𝐚𝐦, 𝐬𝐞𝐭𝐢𝐚𝐩 𝐡𝐚𝐫𝐢𝐧𝐲𝐚, 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐦𝐞𝐧𝐮𝐧𝐠𝐠𝐮 𝐦𝐚𝐤𝐡𝐥𝐮𝐤𝐍𝐲𝐚 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐡𝐚𝐝𝐚𝐩𝐍𝐲𝐚, 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐦𝐞𝐦𝐢𝐧𝐭𝐚 𝐤𝐞𝐩𝐚𝐝𝐚𝐍𝐲𝐚, 𝐬𝐞𝐦𝐮𝐚, 𝐬𝐞𝐞𝐞𝐦𝐦𝐮𝐮𝐮𝐚𝐚𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐛𝐮𝐭𝐮𝐡𝐤𝐚𝐧. Jelas, Allah bisa saja memberikan semua yang kita butuhkan tanpa kita meminta, pokoknya Allah kalau mau ngasih, ya, ngasih aja. Sangat mudah buat Allah melakukan itu semua. Tapi, Allah pengin kita menghadapNya dulu, kenapa? 𝐊𝐚𝐫𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐥𝐥𝐚𝐡 𝐢𝐧𝐠𝐢𝐧 𝐛𝐞𝐫𝐭𝐞𝐦𝐮 𝐤𝐢𝐭𝐚. 𝐀𝐥𝐥𝐚𝐡 𝐢𝐧𝐠𝐢𝐧 𝐦𝐞𝐧𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐫 𝐬𝐮𝐚𝐫𝐚 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐦𝐞𝐦𝐢𝐧𝐭𝐚, 𝐀𝐥𝐥𝐚𝐡 𝐢𝐧𝐠𝐢𝐧 𝐦𝐞𝐧𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐫 𝐜𝐮𝐫𝐡𝐚𝐭𝐚𝐧 𝐤𝐢𝐭𝐚, 𝐧𝐠𝐨𝐛𝐫𝐨𝐥-𝐧𝐠𝐨𝐛𝐫𝐨𝐥 𝐬𝐚𝐦𝐚 𝐤𝐢𝐭𝐚.

Pernah dong, curhat? Gimana rasanya? Lega, kan? Enak, kan? Itu. Allah pingin kita merasakan itu. Hati lapang, plong, lega, tenang karena semua sudah dicurhatin ke Allah, sudah diceritakan ke Allah, sudah ditumpahkan ke Allah, supaya hati kita lega, tenang. Demi kita juga, kan? Tapi sayangnya 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐬𝐞𝐫𝐢𝐧𝐠𝐤𝐚𝐥𝐢 𝐦𝐞𝐫𝐚𝐬𝐚 𝐩𝐞𝐫𝐭𝐞𝐦𝐮𝐚𝐧 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐀𝐥𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐞𝐛𝐚𝐠𝐚𝐢 𝐛𝐞𝐛𝐚𝐧. 𝐖𝐚𝐤𝐭𝐮 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐠𝐮𝐧𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐢𝐛𝐚𝐝𝐚𝐡 𝐬𝐞𝐫𝐢𝐧𝐠𝐤𝐚𝐥𝐢 𝐝𝐢𝐚𝐧𝐠𝐠𝐚𝐩 𝐩𝐞𝐦𝐨𝐭𝐨𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐰𝐚𝐤𝐭𝐮 𝐩𝐫𝐨𝐝𝐮𝐤𝐭𝐢𝐟 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐦𝐞𝐥𝐚𝐤𝐮𝐤𝐚𝐧 𝐚𝐤𝐭𝐢𝐟𝐢𝐭𝐚𝐬 𝐝𝐢 𝐝𝐮𝐧𝐢𝐚. 𝐏𝐚𝐝𝐚𝐡𝐚𝐥 𝐝𝐮𝐧𝐢𝐚 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐣𝐮𝐠𝐚 𝐧𝐠𝐠𝐚𝐤 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐣𝐚𝐥𝐚𝐧 𝐭𝐚𝐧𝐩𝐚 𝐜𝐚𝐦𝐩𝐮𝐫 𝐭𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐀𝐥𝐥𝐚𝐡.

"𝘋𝘶𝘩, 𝘬𝘦𝘳𝘫𝘢𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘣𝘢𝘯𝘺𝘢𝘬, 𝘯𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘥𝘶𝘭𝘶 𝘥𝘦𝘩 𝘴𝘰𝘭𝘢𝘵𝘯𝘺𝘢",

" 𝘋𝘶𝘩 𝘮𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘯𝘨𝘦𝘳𝘫𝘢𝘪𝘯 𝘪𝘯𝘪 𝘥𝘶𝘭𝘶, 𝘴𝘬𝘪𝘱 𝘢𝘫𝘢 𝘥𝘦𝘩 𝘯𝘨𝘢𝘫𝘪𝘯𝘺𝘢"

Daaan alasan-alasan lainnya.

Akhirnya, 𝐀𝐥𝐥𝐚𝐡 𝐡𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐛𝐞𝐫𝐢𝐤𝐚𝐧 𝐰𝐚𝐤𝐭𝐮 𝐬𝐢𝐬𝐚. 𝐃𝐚𝐧 𝐢𝐭𝐮 𝐭𝐞𝐫𝐣𝐚𝐝𝐢 𝐛𝐞𝐫𝐭𝐚𝐡𝐮𝐧-𝐭𝐚𝐡𝐮𝐧 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐦𝐚 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐡𝐢𝐝𝐮𝐩, 𝐬𝐞𝐩𝐚𝐧𝐣𝐚𝐧𝐠 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐦𝐞𝐧𝐲𝐚𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐛𝐚𝐡𝐰𝐚 𝐀𝐥𝐥𝐚𝐡 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐮𝐭𝐚𝐦𝐚. Sudah begitu pun Allah tetap menyarankan kita untuk menyeimbangkan antara mengejar akhirat dan dunia. Allah sudah memetakan waktu-waktu antara untuk kepentingan akhirat dan dunia. Dari 24 jam waktu dalam sehari berapa perbandingan waktu yang kita berikan untuk Allah dan kepentingan dunia?

Kita, sebagai manusia aja sakit hati kalau diabaikan, coba kalau kita sayang sama seseorang, kita udah perhatian, nungguin kabar dia sehari semalaman, setiap hari 24/7 tapi yang ditungguin ga datang-datang, nggak ngasih kabar, sedih nggak? Kecewa nggak? Terus kalau keadaan kayak gitu kita sering dapat nasihat, "udah tinggalin aja, itu berarti kamu bukan prioritas dia" Itu manusia. Tapi Allah? Apa Allah ninggalin kita setelah sekian lama kita abaikan Ia? Nggak. 𝐀𝐥𝐥𝐚𝐡 𝐧𝐠𝐠𝐚𝐤 𝐩𝐞𝐫𝐧𝐚𝐡 𝐧𝐢𝐧𝐠𝐠𝐚𝐥𝐢𝐧 𝐡𝐚𝐦𝐛𝐚𝐍𝐲𝐚, 𝐬𝐞𝐝𝐢𝐤𝐢𝐭𝐩𝐮𝐧 𝐀𝐥𝐥𝐚𝐡 𝐧𝐠𝐠𝐚𝐤 𝐩𝐞𝐫𝐧𝐚𝐡 𝐛𝐞𝐫𝐤𝐮𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐤𝐚𝐬𝐢𝐡 𝐬𝐚𝐲𝐚𝐧𝐠𝐍𝐲𝐚, 𝐩𝐞𝐫𝐡𝐚𝐭𝐢𝐚𝐧𝐧𝐲𝐚. 𝐁𝐚𝐡𝐤𝐚𝐧 𝐮𝐣𝐢𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐜𝐨𝐛𝐚𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐫𝐚𝐬𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐢𝐭𝐮 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐞𝐦𝐛𝐚𝐥𝐢𝐤𝐚𝐧 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐬𝐮𝐩𝐚𝐲𝐚 𝐢𝐧𝐠𝐚𝐭 𝐬𝐚𝐦𝐚 𝐀𝐥𝐥𝐚𝐡.

Bukan bermaksud menyamakan keadaan Allah dengan manusia (makhlukNya) ya, tapi justru terlihat, kan, bedanya kasih sayang Allah sama manusia? Lebih sayang mana, coba?

Yuk, teman-teman shalih dan shalihat, mumpung masih di awal Ramadan, luruskan lagi niat kita beribadah di bulan yang mulia ini. Fokuskan pada kegiatan-kegiatan yang bernilai ibadah. Memang, apapun yang kita lakukan bisa bernilai ibadah asal diniatkan lillahi ta'ala. Bahkan tidurnya orang puasa juga bernilai ibadah. Tapi, ya coba pikir lagi, Allah sudah sebaik itu memberikan reward pahala atas semua yang kita lakukan tapi kita nggak memberikan apa-apa ke Allah. Minimal dengan menemui dan mengingat Allah lebih sering, lah, sebagai ucapan terima kasih aja. Tentu lebih baik lagi kalau semua itu dilakukan karena rasa cinta kita sama Allah 😊

Akhirul kalam, semoga kita semua diberikan kemudahan, keberkahan, dan kekhusyuk-an dalam menjalankan ibadah di bulan Ramadan ini. Aamiin yaa Robbal 'alamiin.. 🤲

Semoga belum terlambat untuk menyampaikan ini. Semoga bisa sedikit mengetuk hati kita untuk lebih sadar untuk memanfaatkan momen Ramadan ini sebaik mungkin.

Wallahu a'lam bisshowab..

No comments:

Powered by Blogger.